Friday, August 04, 2006

Papa vs Kakek

Dulu jauh sebelum menikah dan mempunyai anak, papaku terlahir pada masa yang susah bagi keluarga besar kakekku. Itulah sebabnya, ketika masih kecil papa dipindahkan ke saudara di Tegal.. karena dianggap kelahirannya membawa sial.

Hal itu terus berlangsung hingga papa beranjak dewasa. Perseteruan kecil sering tersulut diantara mereka. Misalnya saja, ketika papaku membuka usaha bengkel. Dengan sengaja kakek melepas anjing peliharaannya di ruang bengkel itu, alhasil... cat-cat semprot tumpah semua diterjang si guk2. Sampai ketika akhirnya papa hendak berumah tangga, kakek juga tidak menyetujui hubungannya dengan mama. Mungkin dilihat dari bibit-bebet-bobot... mamaku tidak masuk perhitungannya. Pokoknya kaya’ film2 Indonesia di th 70-an dan 80-an dech… yang biasanya bertemakan Cinta yang tidak disetujui orang tua :-) Tapi bagi papa, dialah yang akan menjalani bukan kakek. Jadi, dengan tekad itu papa berjuang mewujudkan impiannya. Uang hasil usaha bengkelnya diserahkan ke mama (msh pacar waktu itu)… lalu sedikit demi sedikit dibelikan perabotan rumah tangga, dan keperluan lain. Bahkan di hari pernikahannya, papa sendirilah yang menghias tempat pelaminan dengan kertas krep seadanya. Namun demikian, pada saat pernikahan papa, kakek tetap tidak mau datang dan merestuinya.

Namun ternyata, hampir satu tahun kemudian setelah menikah, lahirlah anak pertama papa seorang bayi laki-laki. Sebuah simbol penerus keturunan… Padahal, dari sekian anak2 kakek yang sudah menikah saat itu, tidak ada yang mempunyai bayi laki2 sebagai anak pertama. Inilah yang meluluhkan hati sang kakek.

Alhasil, setiap pagi dengan alasan sedang berjalan-jalan… kakek pun mampir ke rumah papa. Kakek suka menengok cucu lelakinya, dan bahkan beristirahat tidur di rumah papa. Begitulah kekerasan hati luluh seketika… dengan kehadiran sang cucu.

Bahkan sebelum meninggal, kakek masih sempat memberikan hadiah pernikahan yang sugguh bernilai bagi keluarga papa… yaitu seorang pembantu rumah tangga. Mungkin lucu yach… hanya seorang pembantu tapi begitu istimewa bagi kami. Yach begitulah yang kami rasakan, … tiga puluh tahun sudah wanita tua itu menjadi bagian dari keluarga kami. Kini kakek sudah tiada, semoga beliau turut berbahagia melihat dari ‘atas sana’, papa (anaknya) sudah menunjukan komitmen atas pilihan hidupnya dan berbahagia bersama anak2 dan cucu2nya sekarang ini.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home