Thursday, August 10, 2006

Nyaris Tewas dilindas Metromini


Akhir bulan Maret 2006 lalu saya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan patah dikedua kaki saya. Tepatnya di paha kanan dan di pelvis (tulang duduk) yang mengalami patah di beberapa tempat. Saat hendak pulang kantor saya tertabrak metromini. Saya jatuh dan bergulung-gulung di aspal. Ketika roda metromini menggilas kaki, spontan saya berteriak memanggil nama: Yesus! Sakit dan bunyi tulang yang patah dapat saya rasa dan dengar dengan jelas. Saat badan saya masih bergulung-gulung di aspal jalan, selintas timbul perasaan ngeri jika roda metromini itu menggilas kepala. Namun dalam kejadian yang sangat cepat itu, saya juga terbayang akan istri yang sedang mengandung anak kami yang pertama. Spontan saya berdoa : Tuhan, berilah kesempatan saya hidup bersama anak dan istri saya...! Dan tiba-tiba bunyi...dug saya buka mata saya ternyata metromini itu berhenti dan saya lihat gardan metromini tepat sekian centimeter di depan kepala saya. Posisi tubuh saya saat itu persis dibawah kolong metromini. Akhirnya saya pun ditolong oleh masyarakat dan dinaikan ke taksi. Dalam perjalanan ke rumah sakit, saya seperti diingatkan akan sengsara Yesus di salib. Saya sungguh dikuatkan dan sepanjang perjalanan terus bersyukur bahwa sakit ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan sengsara-Nya. Namun ketika hampir sampai rumah sakit, kami terjebak macet di lampu merah. Saya tarik bibir saya dan saya lihat begitu pucat. Kembali saya berdoa ya Tuhan, tambahkanlah darahku dengan kuasa darah-Mu. Tak henti-hentinya saya berdoa Bapa Kami dan Salam Maria berulang-ulang. Puji Tuhan, setelah beberapa kali tersendat lampu merah, akhirnya kami sampai juga di rumah sakit. Dan saya bersyukur bahwa Tuhan menguatkan fisik dan mental saya sehingga dari sejak kejadian kecelakaan hingga sebelum operasi jam 12 tengah malam itu saya sungguh dalam kesadaran penuh. Jika tidak, saya tidak tahu bagaimana jadinya kaki saya ditarik-tarik dan diangkat oleh orang-orang yang mau menolong tapi mereka sendiri tidak tahu kaki saya bagian mana yang patah atau sakit. Dalam kesadaran penuh, membuat saya bisa memberikan komando atau tuntunan sehingga orang-orang dapat menolong saya dengan hati-hati. Saya juga bersyukur bahwa Tuhan berkarya melalui dokter, perawat, obat-obatan, melalui teman dan saudara-saudara lainnya sehingga kondisi kesehatan saya semakin membaik. Kini beberapa bulan sudah berlalu, kaki saya latih selalu sehingga semakin kuat walaupun masih perlu dibantu dengan kruk (tongkat). Dalam pengalaman ini, saya disadarkan bahwa iman itu juga seperti otot kaki yang perlu saya latih setiap hari sehingga menjadi semakin kuat. Jadi, sebenarnya kalau ada masalah yang begitu besar seharusnya justru kita bersyukur yach... sebab itulah kesempatan kita mendapatkan ‘pelatihan’ yang membuat kita lebih kuat dalam menjalani hidup ini.

Atas kesempatan hidup yang masih diberikan, saya hanya dapat bersyukur, “Terimakasih ya Tuhan Yesus Penyelamat dan Penyembuhku

0 Comments:

Post a Comment

<< Home